Under Arrest Homies

     

CHAP I

RUSAK DAN HILANG


    Ketika pagi menyalang, ayam jantan mulai berkokok, dengan suara Ibu yang mulai mengendar memenuhi seisi rumah. Teriakan itu tidak akan berarti untuk seorang tahanan rumah dengan visi rebahaners gelar utama dan pengangguran sebagai mata pencaharian utama menjadi misinya. Jangan tanya mengapa hal seperti ini bisa menjadi sendi kehidupan seseorang. Karena memang itu adanya. 

    Kerusuhan dan hiruk pikuk mulai mengisi kamar sang tahanan rumah dengan kedok anak rumahan. Bukan keinginannya untuk menjadi sosok seperti ini. Tetapi takdir yang membawanya menuju pangkuan kemalasan dan kesepian. Sang jendral utama rumah mulai menyirami wajah tahanan rumah dengan air kobokan yang entah sudah berapa lama direndam dengan piring-piring kotor dan ada sedikit sisa nasi, sayur, juga bumbu bercampur menjadi satu bagian dengan air comberan menempel pada wajah hingga dada atas Sang Rebahaners. 

    "Uhuk... Uhuk... Hoeek!" Seru empu yang tersiram air comberan tanpa pikir panjang. Sedangkan pelaku hanya melenggang dengan santainya keluar dari kamar sang Tahanan rumah. Jangan lupakan beberapa sayuran sisa dan nasi bekas makan menempel pada setiap titik di sekitar tempat rebahaners berbaring. Tangan lentik nan pendek tahanan rumah mulai menyeka dengan ragu-ragu untuk membersihkan wajah dan bajunya. 

    "Mama bilang bangun, ya bangun." Sahut sang jendral sambil menyeret sapu yang entah datangnya dari mana. Mulai tersadar Tahanan Rumah mulai mengerjapkan mata dan bersingut santai. Tak lama sprei dan satung bantalnya mulai dilepaskan dari kasur pir berukuran single bed. Muka datar Tahanan Rumah bisa saja serata bangunan baru dengan rancangan dan pengerjaan paling sempurna, membuat orang lain yang tidak tinggal di rumah ini bergidik ngeri. Tatapan mata tanpa emosi yang tersirat, mulut dengan rahang terkatup kencang dan hidung yang normal tanpa overbreathing membuat wajah cantik terhias dengan ekspresi tiran nan gelap.

    Tangan-tangan kecil dan kotor milik Tahanan Tumah terhitung gesit untuk melepas sprei sekaigus menggosok sprei dan sarung bantal serta guling yang kotor hingga bersih terhitung hanya sektar 15 menit. Setelah selelsai membilas dan memberi pewangi Tahanan Rumah langsung membawa cuciannya ke arah  mesin cuci untuk dikeringkan dan dijemur setelahnya. Handuk yang terdapat di depan kamar mandi langsung disambar dan dibawa oleh sang empu untuk membersihkan dirinya dari air-air sisa mandi agar kulitnya tidak gatal hanya karena sikap egois sang Jendral Rumah untuk membangunkannya.

    Tak butuh waktu lama untuk Tahanan rumah membersihkan dirinya. Beberapa menit kemudian sosoknya tampil didepan pintu kamar mandi dengan tampang yang sama saat dirinya terbangun dengan paksaan tak manusiawi ibunya. Sosok itu dengan sigap dan tegar membawa cucian setengah kering untuk di anginkan di ruang jemur.

    "Bug...Bug...Bug" Tarikan vertical antar ujung kain membuat suara angin yang cukup keras. Tahanan rumah menerawang jauh ke arah langit sambil menarik napas panjang. Dengan muka datar yang tetap terampil cantik. Meskipun terkesan sombong bagi orang-orang yang enggan berhubungan dengannya. Tapi, Tahanan rumah terlampau sosiopath untuk bisa memahami arti menjaga hubungan dengan orang lain. Hidup dengan berbagai macam simulasi alias masa lalu dengan latar dan kegiatan yang berbeda. Sosok ini tidak takut lagi dengan segala jenis omelan ataupun fitnah tetangga, ditambah dengan penyakit anti-sosial dan paranoid miliknya cukup untuk membuat sang Tahanan Rumah menjadi seorang penyendiri.

    Tanpa suara sang empu kembali masuk kedalam rumah meskipun tetangga disekitar rumah dan perumahan menyapa sosoknya. Mungkin malu atau memang ingin menghidnari sosok-sosok dedemit nyata dengan hawa nafsu dan amalan ibadah setara untuk bisa membawa sosok Tahanan rumah ini mempunyai rasa atau perasaan. Senang, sedih, marah dan kesakitan beberapa contoh nyata dari emosi dan kegiatan yang membawa sisi sedih dan gelap seseorang untuk menyeruak dan menyebarkan hawa tidak baik. 

    Seberapa pantas dia untuk diriku selalu terlintas dari dalam batinnya. Seandainya hari itu aku berkunjung, Mungkinkah akan tetap hidup dan mampu menemaniku dalam kegiatan me-time dan brain refreshing bersama keluarga. Siapa yang akan kukunjungi saat ada hari besar adalah pemikiran penulis degan baik. Bersama dengan khayalan dan rintangan yang berdatangan telah membuat sosok tahanan rumah merasa dirinya adalah sosok superior yang tak bisa tersentuh. 

    "Rusuk akan selalu menemukan tempatnya kembali untuk dipenuhi, begitu juga dirimu yang selalu merasa kosong." Ucap seorang pejuang yang tak ingin dikenang dan selalu menjadi andalan dalam kehidupan rumah tangga. Sosok yang membawa keteduhan dan memberikan kasih sayang serta tanggung jawabnya selalu terhadap keluarganya. Raut bersahaja yang selalu menerangi dirinya, tidak akan pernah membuat orang lain merasa lebih tinggi dari sosoknya. Sambil menyeruput kopi untuk memulai kegiatan pagi harinya.

    "Roh-ku belum kembali, apalagi pemilik tulang rusuk. Gak ada niatan kok buat cari pemiliknya. Takut pemiliknya gak kayak ayah sifatnya." Jawab asal sang tahanan rumah. Sambil netra nya menerawang jauh ke arah daun yang tergerak terkena hembusan angin pagi.

    "Hei, bukan begitu pola pikir yang baik. Aku tak pernah membesarkanmu dengan pola pikir sempit semacam itu. Semua hal akan berada di tempat seharusnya jika sudah waktunya. Tugasmu adalah memenuhi kebutuhan sekaligus kembali ke tempatmu. Di umur 20 tahunan sudah sewajarnya kamu memilih keinginan dan pola hidupmu. Jangan hanya berpendar ke arah gadget dan laptop penuh dengan fantasimu itu. Kamu adalah sosok kakak yang seharusnya memnuhi kebutuhanmu dan memiliki pola hidup baik untuk menjadi contoh adikmu." Serangap sosok pemimpin negara tersebut menyadarkan tahanan rumah yang angkuh dan dingin.

    "Iya, iya.... Nanti saja ceramahnya sudah jam 8 lebih bukannya ayah masuk jam 8?" Jawab tahanan rumah dengan enteng. Padahal dia bisa mengingatkan ayahnya dari tadi. Tapi, tahanan rumah yang merupakan purti sulung di keluarga ini suka melihat ayahnya mendapat omelan dari Jendral yang tak lain dan tak bukan adalah Ibunya.

    "Ayahhh!!! Cepat berangkat nanti terlambat!!!" Teriakan hebat sosok Ibu yang menggelegar ke arah seluruh rumah membuat ayahnya terbesingut untuk terburu-buru menyambar sepatu dan segera menuju ke arah sepeda motornya.

    "Besok sekaian saja berangakat jam 10!" Tambah sang Ibu dengan tangan terlipat di depan dadanya sambil meberi raut masam yang selalu menjadi andalannya agar uang saku ayah tertahan.

    "Oh... ayolah aku akan terlambat mana dua puluh ribu... Kumohon aku terlambat." Bahkan sosok sebersahaja Ayah takluk di depan sosok monster ini apalagi sosok tahanan rumah yang memiliki seribu pertahanan akan runtuh dengan serangan mental dari sang Ibu meski hanya 4 kata yang keluar seperti biasa 'Anak perempuan kok begitu'. Selalu dengan embel-embel gender dan dunia patriakinya yang tak pernah berkembang di negara berkembang ini.

    "Ini." Ujar Ibu sambil menyerahkan selembar uang yang sudah mulai tak berbentuk karena disimpan secara tertekuk di dalam dompetnya.

    "Aku berangkat." Ucap Ayah yang sudah menyambar uang tersebut sambil men-starter sepeda motornya sekaligus mengangkat tangannya di depan Ibu berharap untuk dicium buku tangannya sebagai restu berangkatnya hari ini.

    "Waalaikumsalam...."Ibu menjawab tanpa adanya salam dengan muka lebih masam dan menyahut tangan ayah untuk dicium.

    "E..Eh.. Assalamualaikum..." Ucap Ayah sambil berangkat tanpa menoleh kembali dan Ibu yang kembali menyahutnya dengan pelan.

    Demi apapun Tahanan Rumah sudah kembali kedepan komputer dan berkutik untuk menyelesaikan misteri yang telah hilang dan rusak. Karena angan adalah kebutuhan hidupnya, ia sudah kembali kedepan masa kelam tak berujung untuk menyelesaikan Tugas Akhirnya. Tugas untuk menyelesaikan kelulusan dan menujukkan kemampuan selama tiga tahun di dunia perkuliahan dengan jurusan teknik berkedok informasi. Padahal disana hanya berisi siksaan dan paksaan mengumpulkan tugas demi tugas yang kian hari makin menyiksa. 

    Game yang merupakan kesenangan pengguna tapi tidak untuk developernya. Bukan hanya itu, website yang merupakan tampilan menarik untuk penggunanya bukan hal menarik untuk dikerjakan oleh developernya, tersembunyi banyak air mata dan kerja keras pembuat kreasi dari bidang digital yang selalu disembunyikan dari depan pengguna dengan embel-embel dunia digital merupakan pengembangan Industri 4.0 sampai 1000.0 yang pasti akan selalu berkembang tanpa dibuat konsepsi atau maknanya.

    Kembali sang ibu mempersiapkan adik untuk berangkat ke sekolah menengah akhirnya sekaligus mengantarkan adik manja dan tersayang untuk kedua sosok orang tuanya. Berbalik saat merawat sosok Tahanan Rumah yang selalu disepelekan dan diremehkan. Merasa dirinya tak nyaman bekerja dikamar. Segera Tahanan Rumah menyambar laptopnya untuk membawanya ke kampus agar bisa menemukan tempat tenang untuk mengerjakannya. 

    Membawa tas dan beberapa makanan ringan diatas meja dan mandi secepat kilat untuk segera berangat ke kampus dengan alasan mengerjakan TA. Padahal, di ruang TA selalu ada permainan seru teman sekelas Tahanan Rumah yang menahan tugasnya untuk segera selesai.

     Menyelesaikan sesuatu yang rusak dan hilang dari koding dan asset game tugas akhir milik Sang Tahanan Rumah harus segera diselesaikan sebelum dirinya juga ikut hilang dalam bentakkan Dospem-nya.


--------------------------------------------------------Bersambung-------------------------------------------------------

Comments